Penilaian
Aku
tidak ingin lagi membuat penilaian karena segala penilaianku selalu tidak
benar. Aku telah mendapatkan suatu penerang meski dari tempat yang berbeda dari
apa yang kuyakini. Aku menyaksikan seorang berbicara mengenai penilaian. Bahwa
terkadang penilaian yang kita buat baik atau buruk kadang salah dengan
kenyataannya yang sebenarnya (esensi). Seperti dalam bahasa Islam bahwa apa
yang baik bisa jadi adalah hal buruk dan apa yang buruk bisa jadi merupakan hal
baik, dan Allah mengetahui yang tidak kita ketahui. Jangan terikat pada indera
karena indera bisa menipu. Mata kadang bisa menipu, telinga kadang bisa menipu,
dan pikiran juga menipu. Lalu apa yang tidak menipu? Esensi!. Arti yang
sesungguhnya. Arti yang sebenarnya tidak terletak pada apa yang ada didalam
lahiriah tapi pada apa yang ada dibaliknya. Banyak orang berwajah pinter tapi
ternyata goblok, berapa banyak orang berwajah goblok tapi ternyata pinter. Banyak
yang berwajah baik ternyata tidak baik dan banyak yang berwajah buruk ternyata
adalah orang baik. Jangan menilai dari lahiriah tapi dari esensi. Jangan berani
menilai orang lain menurut dirimu, tapi nilailah menurut Tuhanmu. Hukum Tuhan
harus diatas segalanya. Jangan menilai. Jangan banyak menduga-duga. Kita tak
pernah tahu apa yang akan terjadi karena itu mengapa kita harus berspekulasi.
Maka hiduplah untuk saat ini jangan hidup di waktu yang lain. Jangan hidup
dalam masa lalu tapi juga jangan hidup dalam masa depan. Masa lalu telah
berlalu, masa depan adalah khayalan. Hidup yang sesungguhnya terletak di waktu
saat ini yang sedang kita jalani sekarang. Maka jangan berpikir baik, buruk,
bagus, jelek, dan penilaian-penilaian. Jangan hidup dalam penilaian tapi
hiduplah dalam perbuatan. Jangan menilai sesuatu menurut pikiranmu atau menurut
perasaanmu, tapi nilailah menurut apa yang dikatakan Tuhan dan suara
kebijaksanaan hati. Itulah esensi, itulah kebenaran. Karena apa yang dikatakan
oleh pikiran dan perasaanmu bisa menipu dirimu.
Post a Comment for "Penilaian"